Bandung , Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC) terus mempercepat pengembangan kendaraan otonom untuk masa depan. Kendaraan ini dianggap penting karena alasan keselamatan, efisiensi, aksesibilitas, dan manfaat ekonomi.
Peneliti Ahli Muda PRMC BRIN, Taufik Ibnu Salim, menjelaskan bahwa kendaraan otonom adalah kendaraan yang dapat mengemudi sendiri tanpa campur tangan manusia. “Kendaraan ini menggunakan berbagai sensor, sistem navigasi, dan kecerdasan buatan untuk menavigasi dan mengoperasikan kendaraan secara mandiri,” ujarnya saat menerima kunjungan Himpunan Mahasiswa Elektronika Instrumentasi UGM di Bandung, Jumat (15/11).
Saat ini, PRMC BRIN mengembangkan kendaraan listrik otonom satu penumpang bernama Micro Electric Vehicle (MEVi). Prosesnya dimulai dari perancangan, pembuatan platform, mock-up, hingga prototipe. “Pada 2021 mengembangkan MEVi prototype, kemudian 2022 berada pada tahap MEVi TDS (Teleoperated Driving System) Level 2 Otonom. Selanjutnya pada 2023 memasuki tahap MEVi Auto Level 3 Otonom, dan pada 2024 ini tahap MEVi Auto Level 4 Otonom,” jelasnya.
Pengembangan MEVi tahun ini fokus pada integrasi persepsi dengan Local Planner untuk mencapai Level 4 Otonom. “Pengambilan dan training data metode end to end learning masih berlanjut. Kami masih melakukan komparasi terhadap performa metode,” kata Taufik.
Spesifikasi MEVi mencerminkan desain futuristik dengan bobot 180 kg, dimensi panjang 1.475 mm, lebar 990 mm, tinggi 1.470 mm, dan jarak roda (wheelbase) 1.150 mm. Kendaraan ini menggunakan baterai Li-Ion 48V 40Ah dengan durasi pengisian sekitar 4 jam. Sensor yang digunakan meliputi ultrasound, GPS, kamera, dan lidar.
Pengembangan MEVi mengadopsi metodologi empat pilar autonomous driving, yakni localization, perception, decision making, dan control. Selain itu, metodologi end to end learning berbasis kecerdasan buatan juga digunakan. AI ini menggabungkan semua fungsi menjadi satu model hingga mempelajari bagaimana mengarahkan data sensor mentah pada sebuah action melalui deep learning.
Taufik menegaskan, upaya ini sejalan dengan Asta Cita pemerintah yang menitikberatkan pada penguatan sains, teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia. “Penguatan bidang teknologi menjadi kunci dari pengembangan sistem otonom kendaraan listrik,” pungkasnya.