Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok (MNR) resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk memperkuat kerja sama di bidang ilmu dan teknologi kelautan. Kesepakatan ini menjadi tonggak penting hubungan bilateral kedua negara dalam mendukung pengelolaan kelautan yang berkelanjutan. BRIN tidak hanya menjadi mitra bilateral, tetapi juga hub kerja sama maritim antara China dan Asia Tenggara.
Forum tersebut menghasilkan berbagai inisiatif strategis, termasuk penandatanganan MoU dan peluncuran Indonesia-China Center for Ocean and Climate. Deputy Director General dari First Institute of Oceanography, Fangli Qiao, menjelaskan tiga fokus utama kerja sama ini, yakni mitigasi bencana laut, peningkatan ekonomi berbasis kelautan, dan konservasi laut. Inisiatif seperti OceanDust dan pusat kerja sama baru memberikan peluang besar untuk menghadapi tantangan kelautan bersama.
Kerja sama ini mencakup enam bidang prioritas, mulai dari ekologi dan bioteknologi kelautan, prediksi bencana laut, hingga eksplorasi sumber daya dasar laut. Berbagai program seperti riset bersama, pertukaran peneliti, seminar, dan pameran teknologi kelautan telah dirancang untuk memastikan implementasi kesepakatan ini. Selain itu, dibentuk Komite Bersama Kerja Sama Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan (JCMSTC) untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya.
Kesepakatan ini juga menyoroti perlindungan hak kekayaan intelektual, sumber daya genetik, dan data rahasia. Kedua pihak sepakat menjaga aspek ini sesuai regulasi masing-masing negara. Langkah ini mencerminkan komitmen bersama untuk berkolaborasi mengatasi tantangan global dan menciptakan solusi berbasis teknologi demi keberlanjutan ekosistem laut.
Pusat penelitian Indonesia-China Center for Ocean and Climate diharapkan menjadi platform utama pengembangan teknologi kelautan. Dengan pengenalan sistem OceanDust sebagai peringatan dini laut ke iklim, kerja sama ini membawa harapan baru untuk menjawab dampak perubahan iklim secara kolektif. Forum ini menegaskan pentingnya sinergi China dan Asia Tenggara dalam membangun masa depan maritim yang lebih berkelanjutan.