Jakarta , Dalam rangka memperingati ulang tahunnya yang ke-70, sejarawan Prof. Asvi Warman Adam meluncurkan buku terbaru berjudul Mengembalikan Tionghoa ke dalam Historiografi Indonesia. Acara peluncuran yang digelar di Kampus BRIN, Jakarta, Kamis (7/11), ini berkolaborasi dengan Penerbit Buku Kompas. Buku ini mengulas kontribusi dan peran komunitas Tionghoa dalam sejarah Indonesia yang sering kali termarjinalkan.
Prof. Asvi mengungkapkan, karya tersebut lahir dari perjalanan hidup dan pengaruh tiga tokoh Tionghoa yang memengaruhi pandangan hidup serta kariernya, yaitu pengusaha Bob Hasan, politisi Oei Hay Djoen, dan pendiri PT. Pharos, Eddie Lembong. Ketiga sosok ini, menurutnya, berperan penting dalam membentuk pola pikirnya sebagai sejarawan yang inklusif dan kritis.
Tokoh pertama, Bob Hasan, yang pernah mempekerjakannya di majalah Sportif, membuka jalan bagi karier jurnalistik Asvi sebelum terjun ke dunia riset. Selanjutnya, politisi dan anggota Lekra, Oei Hay Djoen, memperkaya pemikirannya tentang sejarah alternatif melalui pengalaman bersama di Diskusi Bulan Purnama pada tahun 1998. Asvi menganggap pengalaman ini penting dalam mengusung narasi sejarah baru yang lebih lengkap.
Nama terakhir, Eddie Lembong, memotivasi Asvi untuk menyoroti diskriminasi yang dialami etnis Tionghoa, terutama selama kerusuhan 1998. Melalui organisasi Indonesia Tionghoa (INTI), Eddie berupaya menjembatani pemahaman antara etnis Tionghoa dan non-Tionghoa di Indonesia, sebuah misi yang Asvi anggap relevan hingga saat ini.
Kepala OR IPSH BRIN, Ahmad Najib Burhani, memuji dedikasi Asvi dalam meneliti isu-isu sosial dan sejarah marjinal. Najib menilai karya Asvi ini memperkaya narasi sejarah yang mengangkat kelompok-kelompok yang selama ini kurang terekspos dalam historiografi nasional.
Dalam diskusi, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, Haryo Damardono, mengungkapkan apresiasi atas buku Asvi yang turut membuka wacana baru dalam sejarah Indonesia. Sejarawan Bonnie Triyana menambahkan, buku ini diharapkan dapat menambah pemahaman masyarakat mengenai peran komunitas Tionghoa dalam membentuk Indonesia modern.
Tak hanya buku ini, Prof. Asvi berencana merilis dua buku lainnya yang mengupas kontroversi usulan pahlawan nasional serta kumpulan kata pengantar. Buku-buku tersebut akan melanjutkan kiprah panjang Asvi dalam mengupayakan keadilan sejarah bagi berbagai kelompok di Indonesia.