Jakarta, Industri perhiasan Indonesia memiliki potensi besar untuk terus berkembang berkat kekayaan budaya dan keragaman sumber daya alam, seperti emas, perak, dan batu mulia. Kreativitas para perajin lokal juga menjadi salah satu faktor pendukung yang membuat karya perhiasan Indonesia tidak hanya memukau di pasar lokal tetapi juga menarik perhatian pasar internasional. Dengan latar belakang tradisi pembuatan perhiasan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, industri ini siap untuk menjangkau lebih banyak pelanggan global.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berkomitmen untuk membawa pelaku industri perhiasan dalam negeri menjamah pasar yang lebih luas dan berkelanjutan. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah dengan berpartisipasi dalam pameran industri perhiasan berskala internasional, seperti Surabaya International Jewellery Fair (SIJF) 2024 yang berlangsung dari 10 hingga 13 Oktober 2024. Melalui pameran ini, Kemenperin berharap dapat memberikan dukungan nyata kepada para pelaku industri perhiasan.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, mengungkapkan bahwa di tengah era globalisasi dan persaingan bisnis yang ketat, industri perhiasan dalam negeri menunjukkan kinerja yang cemerlang. “Industri perhiasan tanah air memiliki peranan penting terhadap peningkatan nilai ekspor Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta pada Selasa (15/10). Menurut data Trademap.org, Indonesia menduduki peringkat ke-12 sebagai negara eksportir perhiasan dengan pangsa pasar sebesar 2,4%.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemenperin menunjukkan bahwa nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga Indonesia mencapai USD3,94 juta pada periode Januari-Agustus 2024, meningkat sebesar 15,98 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Reni optimis bahwa peningkatan ini mencerminkan potensi pertumbuhan sektor industri perhiasan di pasar internasional.
Permintaan pasar yang meningkat juga dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya manajemen keuangan dan investasi. Emas, yang kini semakin digemari sebagai instrumen investasi yang aman dan menguntungkan, turut mendorong permintaan terhadap logam mulia. “Selain sebagai perhiasan, emas dalam bentuk logam mulia semakin digemari oleh masyarakat sebagai salah satu instrumen investasi yang dinilai aman dan menguntungkan, terutama dari sisi nilai jual kembali. Peningkatan harga emas saat ini turut mendorong kenaikan permintaan terhadap logam mulia,” tambah Reni.
Konsumen kini dimudahkan dengan adanya berbagai platform transaksi untuk pembelian dan penjualan logam mulia, baik secara konvensional maupun daring. Diversifikasi produk logam mulia yang tersedia dalam berbagai ukuran memberikan fleksibilitas bagi masyarakat dalam memilih produk investasi. “Hal ini memberikan dampak positif pada peningkatan nilai perdagangan dan mendorong masyarakat untuk lebih aktif berinvestasi dalam bentuk logam mulia,” jelasnya.
Dalam pameran SIJF 2024, sebanyak 20 IKM perhiasan binaan mendapatkan fasilitasi dari Kemenperin. Mereka telah melalui serangkaian tahapan seleksi dan berasal dari berbagai daerah seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Kalimantan Selatan. Alexandra Arri Cahyani, Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, mengingatkan bahwa keamanan transaksi dan kepercayaan konsumen menjadi tantangan yang perlu dicermati oleh para pelaku industri agar tetap kompetitif.
Alexandra optimis bahwa jika pelaku industri perhiasan dapat menjaga keberlanjutan pertumbuhan pasar dalam negeri, dampaknya akan sangat positif bagi kemampuan mereka untuk menembus pasar global. Pameran SIJF 2024 tidak hanya dihadiri oleh pelaku industri perhiasan, tetapi juga sektor industri pendukung, seperti pabrikan, distributor, dan desainer, sehingga menjadi wadah yang baik untuk memperluas jejaring bisnis dan pasar.