MARAWANews, Talu – Pelaksana Tugas (PLT) Wali Nagari Talu Nurli Efendi siap b ersinergi bersama Dinas Pertanian dan Alumn i IPB untuk meng...
MARAWANews, Talu – Pelaksana Tugas (PLT) Wali Nagari Talu Nurli Efendi siap bersinergi bersama Dinas Pertanian dan Alumni IPB untuk menggali potensi dan wujudkan Nagari Talu melalui Sustainable Development Goals (SDGs).
“Sebagaimana arahan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar, kita optimistis target desa tanpa kemiskinan akan segera terwujud melalui Sustainable Development Goals (SDGs) Desa atau tujuan pembangunan berkelanjutan,” sebut Efendi, Selasa (9/3).
Lebih lanjut ia menyampaikan, terdapat 18 tujuan SDGs Desa itu. Yakni, desa tanpa kemiskinan, desa tanpa kelaparan, desa sehat dan sejahtera, pendidikan desa berkualitas, dan desa berkesetaraan gender, serta desa layak air bersih dan sanitasi, desa berenergi bersih dan terbarukan, juga terkait pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi desa.
Ia juga menyampaikan untuk mewujudkan Nagari Berbasis Data sehingga seluruh potenai yang ada di Nagari Talu terdata dalam sebuah sistem, sehingga arah pengembangan Nagari talu terwujud dan terciptalah SDGs Nagari Talu.
“Harapan kita nantinya di masing-masing wilayah kejorongan muncul potensi sesuai kebutuhan dan bukan keinginan dari beberapa golongan. Untuk mewujudkan ini semua, pemerintahan Nagari Talu menyinergikan seluruhnya, baik bersama Ninik Mamak, alim ulama dan cadiak pandai se-Nagari Talu,” harap Efendi
“Lebih jelas bahwasanya pembangunan Nagari meski dilakukan bersama, bergotong royong untuk wujudkan Nagari yang berdaulat dan mandiri melalui SDGs,” imbuhnya.
Sementara itu dikutip laman Antara, Koordinator Residen PBB Valerie Juliand mengapresiasi upaya Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk fokus pada pembangunan desa sesuai dengan target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tingkat desa atau disebut SDGs Desa.
“Terima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) yang telah memberikan perhatian khusus terhadap isu SDGs. Dan saya sangat setuju hal tersebut sangat penting dalam pembangunan desa,” kata Valerie, melalui keterangan pers Kemendes PDTT, Jakarta, Selasa lalu.
Valerie memuji langkah Mendes Halim untuk melokalkan SDGs hingga tingkat desa, sehingga target-target dari tujuan pembangunan secara berkelanjutan juga dapat dicapai pada tingkat desa.
Selain mengapresiasi SDGs pada tingkat desa, dalam rapat virtual bersama Mendes Halim, Valerie juga mengapresiasi upaya Menteri Desa untuk menekan laju urbanisasi masyarakat dari desa ke kota. Ia juga mengucapkan selamat atas keberhasilan dalam pemanfaatan Dana Desa dalam mengurangi dampak COVID-19 di desa-desa.
“Kami sangat mengapresiasi pemerintah Indonesia, khususnya Kemendes PDTT yang telah melakukan berbagai upaya untuk menekan laju urbanisasi dari desa ke kota, sehingga penduduk desa tidak mendominasi kota dan pembangunan dapat dilakukan secara merata diseluruh wilayah Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Mendes Halim atau yang akrab disapa Gus Menteri dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa SDGs Desa sendiri memiliki peran penting bagi keberhasilan SDGs secara nasional. Sebab, 74 persen dari keberhasilan SDGs skala nasional berasal dari desa, sementara 26 persen lainnya berasal dari kota.
Untuk mencapai pembangunan sesuai SDGs Desa tersebut, Kemendes PDTT membutuhkan data mikro pada skala desa. Untuk itu, Kemendes PDTT saat ini tengah melakukan pemutakhiran data di tingkat desa yang kelak akan digunakan sebagai landasan dalam menentukan berbagai kebijakan pembangunan di tingkat desa.
“Tantangan utama untuk mencapai SDGs Desa adalah data mikro. Sehingga jika kita berhasil mendapatkan data desa dalam skala mikro ini, maka akan sangat mudah mengatasi masalah-masalah yang ada di perdesaan,” katanya lebih lanjut.
SDGs Desa merupakan model yang ia inisiasi untuk mencapai cita-cita percepatan pembangunan Indonesia dari pinggiran, tidak hanya di desa tetapi juga di daerah tertinggal dan transmigrasi.
Pembangunan Indonesia dari pinggiran merupakan teori pembangunan yang dikembangkan oleh Presiden RI Joko Widodo yang menurutnya relevan dengan kondisi Indonesia yang beragam, berbeda suku, budaya, agama, dan bahasa.
“Pada prinsipnya, Bapak Presiden memberikan mandat untuk melakukan percepatan pembangunan di Indonesia. Salah satu Nawacita Presiden, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran, merupakan model pembangunan yang berlandaskan kearifan lokal,” katanya. (roiz)