Jakarta, Sinyal resesi ekonomi semakin jelas bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, laju perekonomian diperkirakan kembali negatif pa...
Jakarta, Sinyal resesi ekonomi semakin jelas bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, laju perekonomian diperkirakan kembali negatif pada kuartal III.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan memperkirakan ekonomi nasional berada di kisaran 0 persen sampai minus 2 persen pada kuartal III 2020. Lantas, seperti apa dampaknya bagi kehidupan masyarakat ke depan?
Ekonom INDEF Eko Listyanto mengatakan dampak resesi sebenarnya sudah terjadi saat ini. Mulai dari kinerja pasar modal yang tidak setinggi kondisi sebelum pandemi virus corona atau covid, dunia usaha merugi, tingkat pengangguran meningkat, hingga jumlah orang miskin bertambah.
"Sekarang sudah terlihat, resesi adalah di saat daya beli masyarakat turun, kinerja perekonomian turun, pengangguran meningkat, kemiskinan meningkat, tapi ini semua pelan-pelan sudah terjadi," ucap Eko, belum lama ini.
Kinerja Pasar Modal Turun
Begitu pandemi covid-19 mewabah di Indonesia, pasar modal menjadi yang pertama mendapat tekanan. Sebab, kinerjanya paling mudah digoyang oleh sentimen-sentimen yang mengkhawatirkan seperti virus baru yang mewabah cepat ke seluruh dunia dan belum ada obatnya itu.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semula 'adem-ayem' di kisaran 6.000-6.200 seketika terjerembab. Titik terendahnya mencapai level 3.900. Kendati berhasil pulih perlahan, namun gairah di bursa saham tetap belum bisa seperti dulu. Saat ini, IHSG baru berada di kisaran 5.200.
Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri melihat minat investor asing untuk masuk ke portofolio domestik masih cukup minim karena belum ada hasil dari penanganan dampak pandemi corona yang signifikan. Bahkan, menurutnya, Indonesia juga terancam kehilangan investasi asing baik di pasar uang maupun penanaman modal langsung karena gagal rebound di akhir 2020.
Selama ini, kata Yose, investor masih melirik Indonesia karena kontraksi perkonomiannya tak sebesar negara-negara lain yang mencapai lebih dari 5,32 persen. Namun ketika negara-negara lain mulai bisa menyelesaikan masalah covid-19 dan masuk ke fase pemulihan, Indonesia akan segera ditinggalkan.
"Ketika negara-negara lain defisitnya mulai turun dan kembali pulih, mereka bisa melepas portofolionya dan tak lagi melirik Indonesia untuk relokasi investasi. Karena mereka lihat prospek jangka panjang. Indonesia dengan kasus covid-19 yang masih tinggi bukan tempat aman untuk investasi," ujar Yose. (CNNIndonesia/Foto: CNN)