MARAWANews – Pemilihan kepala daerah yang sempat tertunda karena mewabahnya Covid-19, akhirnya ditetapkan pada tanggal 9 Desember 2020....
MARAWANews – Pemilihan kepala daerah yang
sempat tertunda karena mewabahnya Covid-19, akhirnya ditetapkan pada tanggal 9
Desember 2020.
Artinya, berselang beberapa bulan akan datang, perhelatan
demokrasi akan kembali dilaksanakan secara serentak di 270 daerah seluruh
Indonesia.
Khusus di Sumatera Barat, termasuk daerah yang akan
menghelat pesta demokrasi bersamaan dengan 11 kabupaten dan 2 kota lainya.
Tentulah sangat menarik untuk terus diikuti, karena politik dengan dinamikanya
terus berkembang dan bergerak dengan sangat cepat.
Akan tetapi, pemilihan kepala daerah seyogyanya adalah
momentum untuk implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Menjaga hak
konstitusi warga negara untuk menentukan siapa pemimpinnya di masa akan datang,
yang benar siap dan mampu membawa kemajuan daerah dengan memahami potensi
daerah tersebut.
Di tengah hiruk-pikuknya proses Pilkada tersebut, kita
melihat kecenderungan masyarakat menjadikan Pilkada dalam tataran euforia semata. Sehingga perdebatannya kadang keluar
dari tataran yang membangun, namun sering membawa perselisihan pendapat yang
tak jarang meruncing dan berujung pada perpecahan.
Padahal, jikalau kita melihat perbedaan dukungan dalam
politik, pada hakikatnya adalah satu visi dalam pembangunan daerah. Akan tetapi
keinginan mendapatkan kursi kekuasaan kadang juga lebih besar dari semangat
pengabdian bagi sebagian pihak. Hingga politik dan berdemokrasi pada Pilkada
dijadikan euforia untuk memenuhi syahwat kekuasaan semata.
Dalam beberapa literatur yang ada, pemilihan umum, baik
pemilihan presiden atau pemilu legislatif, maupun pemilihan kepala daerah
(Pilkada), dapat dijadikan jembatan membangun visi bersama rakyat. Menjaga
kelangsungan tatanan sosial, sehingga rakyat makin kuat dari sisi program dan
harapan yang bisa dibangun bersama-sama.
Pendidikan politik warga, kini menjadi tanggungjawab
bersama bagi kita semua. Pilkada bukanlah tempatnya untuk berpecah-belah hanya
karena beda pilihan dan arah dukungan, tapi kesempatan untuk melihat sejauhmana
bakal calon, dan kandidat yang diusung dalam merencanakan pembangunan di masa
datang.
Diakhir tulisan ini, kita menghimbau masyarakat untuk jangan
terjebak euforia semata. Mari kita kembalikan tatanan Pilkada untuk menentukan
kepemimpinan di setiap level tersebut, dengan mengenali dan memahami visi misi
para kandidat dengan gagasan-gagasan yang terukur untuk kemajuan daerah.
Majunya daerah, bukan hanya ditentukan oleh pasangan
calon kepala daerah terpilih saja. Tapi sebuah kebersamaan menjadi kunci utama.
Selamat berdemokrasi, jaga diri dan keluarga. Kita
ciptakan Pilkada damai, demi daerah tercinta.
Penulis: Nopil Asrianto, SH (Direktur
Eksekutif Luhak Institute)