MARAWANews – Pilkada serentak tinggal beberapa bulan lagi, sesuai dengan Ketetapan KPU Pesisisr Selatan yaitu pada hari Rabu 9 Desemb...
MARAWANews – Pilkada serentak tinggal
beberapa bulan lagi, sesuai dengan Ketetapan KPU Pesisisr Selatan yaitu pada
hari Rabu 9 Desember 2020. Tahapan demi tahapan pelaksanaan Pilkada 2020 telah
dilaksanakan oleh KPU Pesisir Selatan, mulai dari pembentukan Panitia Pelaksana
Kecamatan (PPK), PPS dan PPDP. Dimana semua personil tersebut sudah menjalankan
tugas sesuai dengan Tupoksinya masing-masing.
Pelatihan demi pelatihan bagi Petugas yang dibentuk KPU
Pesisir Selatan pun sudah dilaksanakan secara maksimal. Bahkan rapat pleno
terbuka dari PPS dan PPK pun sudah mulai digelar di berbagai kecamatan di
Pesisir Selatan. Ini menandakan bahwa semakin dekatnya jadwal Pilkada serentak
yaitu Pilgub dan Pilbub dipesisir selatan akan digelar. Bahkan jadwal
pendaftaran pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati pun sudah dibuka di Pesisir
Selatan yaitu mulai tanggal 4 s/d 6 September 2020.
Memasuki Pilkada serentak kontensasi politik sudah gencar
dilaksanakan oleh para tim sukses untuk mensosialisasikan Jagoannya dalam
mendapatkan BA 1 G di Pesisir Selatan. Banyak cara yang sudah dilakukan di lapangan
diantaranya adalah promosi melalui media sosial seperti facebook, group whatsApp, berita online dan fasilitas medsos lainnya. Begitu juga
pertemuan langsung dilapangan antara komunikator dengan komunikan dalam bentuk
temu muka dan temu ramah.
Bagi pelaku dan pemain politik hitungan bulan bukan waktu
yang panjang dalam bersosialisasi. Secara nyata aktivitas politik sudah mulai
dimainkan dalam keseharian. Mulai dari menyampaikan keunggulan kandidatnya
sampai dengan membangun opini dan black campaign pun sudah
mulai dirasakan ditengah-tengah masyarakat.
Pertemuan di lapangan dalam bersosialisasi dalam bentuk
menyampaikan visi dan misi kandidatnya tentu membutuhkan strategi yang matang.
Dimana dalam kondisi saat ini masyarakat sudah sangat cerdas dalam menerima
informasi dari para timses. Kondisi ini tak jarang membuat para timses
kewalahan dalam menghadapi suhu politik masyarakat yang sudah mulai tenang di
lapangan. Apalagi sebagian besar masyarakat sudah mulai mampu membedakan antara
berita yang sudah pasti kebenarannya dan berita yang sifatnya hoax. Dan bahkan goreng-menggoreng isu pun sudah bisa
dibedakan oleh masyarakat saat ini.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan
secara konstitusional maupun non konstitusional. Di samping
itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles). Dalam arti lain politik
juga dapat dikatakan sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan, memperbesar atau
memperluas serta mempertahankan kekuasaan (politics).
Menurut saya, politik itu merupakan strategi atau pun
cara yang dilakukan baik dan oleh pelaku maupun tim sukses dalam mencapai
tujuan tertentu. Maka untuk mencapai sebuah tujuan dalam dunia politik, apapun
akan dilakukan oleh sebagian (oknum), meskipun gerak dan langkahnya itu
berlawanan dengan nilai-nilai adat, sosial budaya, agama dan bahkan
undang-undang yang berlaku.
Berita Hoax dalam Islam
Dalam Islam sebagaimana Allah SWT telah mewanti-wanti
umat Islam untuk tidak gegabah dalam membenarkan sebuah berita yang disampaikan
oleh orang-orang fasik yang termasuk di dalamnya orang-orang yang belum
diketahui secara jelas sikap dan perilaku (kejujuran)-nya.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita. Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS al-Hujurat:6)
Dalam konteks hari ini, kita dituntut agar berhati-hati
dalam menerima pemberitaan dari media apapun, terlebih media atau informasi
dari seseorang yang isinya sarat dengan muatan kebencian kepada pihak lain.
Dalam ajaran Islam, berbohong merupakan perbuatan
tercela. Pembuatan berita hoax merupakan sebuah
kejahatan yang bisa menyesatkan kesadaran para pembaca atau pendengarnya. Dalam
adabud dunya waddin, Imam al-Mawardi (beberapa sumber
menisbatkan perkataan ini kepada Hasan ibn Sahal) mengatakan bahwa pembuat
berita hoax diibaratkan perbuatan mencuri
akal sehat (penerima pesannya).
Artinya, “Dikatakan dalam Mantsurul
Hikam bahwa pendusta adalah ‘pencuri’. Kalau pencuri itu mengambil
hartamu, maka pendusta itu mencuri akal mu,” (Lihat Al-Imam Al-Mawardi, Adabud
Dunya wad Din, [Beirut: Darul Fikr, 1992 M/1412 H], halaman 191).
Selain itu, menurut Imam Al-Mawardi dalam kitab yang sama
juga dijelaskan bahwa efek negatif dari pemberitaan hoax
adalah hilangnya rasa aman dan rasa tenteram. Yang ada kecurigaan, was-was, dan
ketegangan.
Allah berfirman dalam Surah An-Nur ayat: 11:
”Sesungguhnya orang-orang yang membawa
berita bohong itu adalah dari golongan kamu. Janganlah kamu kira bahwa berita
bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang
dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara
mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar”
Perlu kita pahami bahwa ; Bohong itu merupakan pusat
kejahatan dan asal segala perilaku tercela karena keburukan konsekuensi dan
kekejian dampaknya. Tindakan atau perkataan bohong mampu melahirkan ad-u domba
antara sesama kita, dimana adu domba menghasilkan kebencian. Sedangkan
kebencian mengundang permusuhan. Di dalam suasana permusuhan tidak ada rasa
aman dan relaksasi.
Mari berpolitik secara baik dan elegan tanpa melumpuhkan
lawan. “Iduik an lampu awak, jan matian lampu kawan”.
Artinya, ketika dalam masa politik ada jagoan yang akan kita promosikan “kita
jual”, maka jangan dilemahkan jagoan orang lain, cukup promosikan saja jagoan
kita. Jika kita mengkritik lawan politik kita, kritiklah dengan baik dan
menawarkan solusi. Jika itu tidak mampu untuk kita lakukan, maka jangan
mengkritik lawan politik kita.
Ada hal yang perlu dipahami bawa antara kritikan dengan
hasutan beda-beda tipis. Apalagi kritikan yang kita lontarkan tersebut tidak
berdasarkan hasil observasi yang objektif dan hanya menerima informasi dari
informan yang perlu dipertanyakan kebenarannya.
Puji lawan ketika dia punya prestasi, koreksi/kritik
ketika ada ketimpangan. Jadi ada perimbangan, dan terkesan tidak tertuju satu
arah yaitu kekurangannya saja, sedangkan kebaikannya ditutupi bahkan
seolah-olah salah terus. Maka dari itu, mari kita saling menjaga komunikasi
perpolitikan kita secara “baik dan elegan” agar hasil
dari perpolitikan kita baik juga dan bermanfaat untuk bangsa dan agama.
Penulis: Mardianton (Ketua Pimpinan Daerah Pemuda
Muhammadiyah Pesisir Selatan)